Kita sebagai fotografer, baik di
lingkukan profesional ataupun hobiis, tentu tak jarang mendengar kalau hasil
foto selalu dikaitkan dengan “gear”/alat yang dipakai. Hal ini dapat dilihat
dari pertanyaan / pernyataan seperti ini :
“fotonya bagus om, pakai kamera /
lensa apa nih?”
“hasil gue ga maksimal nih. Gue cuman pake kamera ginian doang.”
“Lagi pingin upgrade nih, biar
hasil fotonya ada peningkatan, gak gini-gini aja.”
FAKTOR YANG BERPERAN DALAM
PENCIPTAAN KARYA FOTO
Ya ada benernya juga sih, kalau
peralatan berpengaruh ke hasil foto. Namun, seberapa besar
pengaruh/kontribusinya?
Sebelum kita membahas lebih
lanjut, mari kita simak, sebenarnya “faktor” apa aja sih yang berperan dalam
proses penciptaan hasil karya foto (image creation process)? Berikut faktor
utamanya :
1. Gear / alat. Hal materiil,
termasuk di dalamnya kamera, lensa, peralatan pendukung sepeti lighting tools,
dan masih banyak hal lainnya.
2. Skill / pengalaman. Termasuk
didalamnya adalah pengetahuan / knowledge, nilai pengalaman, dan aset
intelektual lainnya yang dapat diakumulasikan.
3. Sense of art. Intuisi, nilai
estetis / seni, konsep, pesan, kreativitas, dan hal imateriil & abstrak
lainnya. Kreativitas tidak hanya berhubungan dengan hal intelektual (penggunaan
teknik), namun juga dapat dihubungkan dengan pemakaian peralatan.
4. Faktor eksternal yang tidak bisa
dikontrol, mencakup moment, cuaca, keberuntungan (luck), kuasa Tuhan, dan
lainnya.
Jadi, bisa kita
lihat sendiri, kalau gear/alat hanyalah “sebagian” dari faktor yang berperan
dalam proses penciptaan gambar. Pertanyaan selanjutnya adalah, faktor mana yang
lebih dominan / berperan dalam proses penciptaan gambar tersebut? Jawabannya
adalah : tergantung. Ya, tergantung dari jenis fotonya. Misalnya :
·
Beauty
shot / portrait. Tidak banyak faktor eksternal yang berperan disini. Ada
persyaratan gear minimal, namun persyaratannya cukup rendah, kamera entry
level, dengan lensa telezoom atau prime lens yang murah meriah sudah lebih dari
cukup. Untuk gear pendukung seperti lighting pun, masih bisa disiasati dengan
kreativitas, seperti penggunaan reflektor, diffuser, dan sebagainya. Faktor
skill/teknik dan sense of art lebih banyak berperan untuk menghasilkan foto
portrait/beauty shot yang enak dipandang mata. Fotografer lebih dituntut kepada
pengarahan gaya, pengambilan angle, permainan lighting & post process untuk
presentasi akhir karya fotonya.
Gearnya apa ya bro? gear dewa bukan ini?
Bukan bro, Sony A3000 + Tamron 90 Macro + Yongnuo flash aja
·
Street
photo. Salah satu aliran fotografi yang bisa dibilang tidak bergantung pada
peralatan / gear. Pada dasarnya, apapun yang bisa digunakan untuk menangkap
(capture) image, bisa dipakai, termasuk kamera HP. Untuk menghasilkan gambar
yang baik, sangat diperlukan sense of art, pengalaman, dan kejelian yang tinggi
untuk menangkap momen yang terjadi. Gear dengan spesifikasi tinggi tanpa
disertai sense of art dan pengalaman, tidak akan banyak menolong pada kasus ini.
Tuntutan pada jenis fotografi ini lebih kepada kejelian & kecekatan
fotografer dalam mengabadikan momen atau mengeksploitasi keunikan obyek yang
tampak “biasa”, agar dapat dipresentasikan menjadi karya yang menarik.
Pake apa nih?? Leka (baca: Leica) ya? Fuji?
Pake seadanya aja, Nex 3 + nikkor 35/2
·
Landscape.
Aliran fotografi yang menangkap keindahan alam, sepertinya bergantung sekali
dengan faktor eksternal. Para landscaper handal membutuhkan pengalaman dan
teknik untuk dapat menyiasati kondisi alam yang berubah-ubah. Peralatan yang “dapat
diandalkan” juga turut mendukung dalam proses menciptakan gambar yang baik. Ada
persyaratan minimal dalam gear dan asesoris pendukung, bagi newbie/newcomer
tentu tak harus berkecil hati, karena dengan gear yang minimal pun, mampu
menghasilkan karya foto landscape yang baik, apabila disertai dukungan teknik
dan kreativitas yang tinggi. Aliran fotografi landscape lebih menuntut dedikasi
fotografer yang tinggi demi menunggu “waktu yang tepat” untuk mengambil gambar,
spot terbaik, dan juga termasuk perencanaan yang matang.
Pada contoh diatas, saya tidak
membahas semua jenis/aliran dalam fotografi, namun dapat kita lihat memang ada “persyaratan
minimal” dalam hal gear / alat, dan mengejar spesifikasi tertinggi bukanlah
solusi utama, tanpa diiringi dukungan faktor lainnya.
Memang, mencari atau berlomba
untuk memiliki gear dengan spesifikasi “dewa” tidak pernah salah, terlebih
kalau dompet mengizinkan. Namun, jangan lupa bahwa gear bukanlah satu-satunya
faktor yang berperan utama dalam proses penciptaan gambar. Investasikan juga
dana dan waktu yang dimiliki untuk meningkatkan skill, pengetahuan, pengalaman
melalui buku bacaan, kursus/workshop, dan berlatih dengan referensi dari yang
lebih berpengalaman. Asah terus kreativitas & sense of art dengan mencoba
hal baru, mencari jalan alternatif, dan membuka pikiran.
Motret produk mesti mahal kan nih? Pake apa nih? Hasselblad + Broncolor ya?
Engga bro, cuma Nex 3 + nikkor 50/1.4 + reflektor putih
PERSYARATAN (GEAR) MINIMAL
Berbicara mengenai “persyaratan
gear minimal” untuk mendapatkan hasil yang memadai, berikut beberapa contoh
yang bisa dijabarkan, sesuai dengan bidang / aliran fotografinya :
1. Landscape : Body DSLR / Mirrorless
entry level, lensa kit (18-55), tripod, filter set (ND, CPL), cleaning kit.
2. Portrait, beauty, model : Body
DSLR / Mirrorless entry level, lensa kit, lensa prime (50mm) atau telezoom
(55-200), Lighting (flash, reflektor, dan lainnya sesuai kebutuhan)
3. Street photo : Body DSLR /
Mirrorless entry level, atau pocket camera. Lensa kit atau lensa prime pancake
(range FL 28mm hingga 50mm sudah cukup).
4. Sport / Wildlife : DSLR (lebih
disarankan) entry level, lensa kit, lensa telezoom (setidaknya dengan reach FL
300mm). Untuk kebutuhan lebih “serius” bisa dengan peralatan spek lebih tinggi.
5. Macro : DSLR / Mirrorless entry
level, lensa macro atau lensa kit dengan macro filter, tripod, flash (dengan wireless
trigger lebih disarankan)
6. Product / food / still life : DSLR
/ Mirrorless entry level, lensa kit, flash dengan wireless trigger, light
modifier (diffuser, reflektor, snoot). Flash bisa diganti dengan continous
light (misal senter LED) dan tripod.
7. Wedding / event : DSLR / Mirrorless entry
level, lensa kit atau lensa allround zoom, flash.
Street photo pake tele? sah-sah aja kok
Pada dasarnya, tidak ada “pakem”
khusus yang harus diikuti, misalnya, untuk street photography, banyak
disarankan penggunaan lensa prime dengan range FL 28mm hingga 50mm, namun
apabila sang fotografer lebih nyaman menggunakan lensa dengan FL lebih panjang (lensa
tele) misalnya, tentu tidak menjadi masalah. Begitu pula dengan kasus lainnya,
apabila ada setup lain yang lebih disukai, dan nyaman digunakan, kenapa tidak.
Obyeknya (mainan) murah, kameranya murah (A3000), lensanya murah (Quantaray 50), Flashnya murah (YN 462), hasil belom tentu murahan kan bro
Hal menarik lainnya adalah, dari
sisi “gear” selalu ada batas minimal, dan maksimal (yang bisa dibeli). Tidak
halnya dengan sisi skill, teknik, kreatifitas, yang sepertinya tidak ada batas
untuk pengembangannya. Hal ini dapat dikembangkan terus, dan pada titik
tertentu dapat dimanfaatkan untuk menyiasati keterbatasan gear yang dimiliki. Jadi, jangan khawatir bila gear yang dimiliki dirasa "kurang mumpuni", akan selalu ada jalan untuk meningkatkan kualitas hasil foto dengan memainkan skill & kreatifitas.
KESIMPULAN
Dunia fotografi lebih banyak bersinggungan
dengan dunia kreatif, sehingga lebih dituntut banyak kreatifitas fotografer,
daripada hanya sekedar tuntutan “gear” untuk mendapatkan hasil karya yang dapat
diapresiasi dengan baik. Temukan “persyaratan gear minimal” yang dibutuhkan
oleh bidang / aliran fotografi yang digeluti, dan kembangkan lebih banyak faktor
skill & sense of art untuk mendapatkan peningkatan dalam kualitas hasil
karya foto.
Tetap semangat, semoga bermanfaat.
Salam,
Bosdugem | 087 888 645 088
(WA)
Seperti juga artikel2 lain yg membahas hal yg sama (bahwa gear bukan yg utama bla bla bla), artikel semacam ini selalu tidak sharing detail proses penciptaan masing2 photo, jelas sekali foto2 diatas menggunakan teknik, skill dan persiapan tinggi (lighting, metering, angle, composition dst) walopun digemborkan di eksekusi dgn "gear" biasa, tapi terlihat dari pemilihan lensa yg bukan dari E Mount utk Sony Mirrorless-nya tapi pake Nikkor, jelas sekali gear adalah hal yg sangat berperan, hanya org2 yg sangat paham urusan gear / alat yg mampu mengkombinasikan lintas merek seperti itu, alias sudah melampaui deretan percobaan berbagai macam body+lensa... dgn kata lain, artikel ini tidak akan berarti apa2, orang akan tetap upgrade gear dgn harapan fotonya akan bisa lebih baik... karena tidak ada sharing proses penciptaan foto masing2 diatas dan alasan masing2 pemilihan gear... misalnya kenapa bisa sampe lintas brand gitu... Gampang-nya gini, buat yg doyan moto model di taman2, bila dia skrg pake D7000 + 50mm biarkan saja bila dia mau upgrade ke D750 + 70-200 f2.8, toh udah pasti hasilnya lebih bagus... daripada dia minder.. Toh tdk semua orang skill-nya setinggi anda...
ReplyDeletesangat setuju mas dengan komen ente :) memang prosesnya panjang sekali, dan biasanya tiap orang akan menjalani dengan caranya sendiri. Tujuan saya bikin tulisan, yang penting orang baca dulu.. sebagai "reminder" saja, mengenai hal tersebut. mengenai hal lainnya, yang berhubungan dengan pribadi masing2 pembaca, saya ngga ikutan.. hehehehe
Delete