Wednesday, October 28, 2015

[TEKNIK] Flash Stacking

Pada artikel-artikel sebelumnya kita sudah bahas tentang pentingnya lighting dalam pemotretan, khususnya untuk fotografi produk / komersil. Tata cahaya yang prima membantu obyek agar terlihat lebih menarik / appealing, dan menggugah siapa saja yang menjadi target audiens dari karya foto tersebut.
Menilai karya foto produk / still life yang baik tidak susah. Pada dasarnya siapa saja bisa menilai, apabila suatu produk disajikan dan tampak appealing (lebih menarik / lebih indah), maka bisa dikatakan karya tersebut berhasil/baik, dan berlaku sebaliknya.

Motret obyek mainan gak harus tampak seperti "mainan" dong
Obyek : Kinsmart Scale Model 1/32

Kembali pada pencahayaan, untuk mendapatkan hasil akhir foto produk yang cantik tidak jarang dibutuhkan pencahayaan / tata cahaya yang rumit, tidak sekedar “asal terang” saja. Perangkat lighting digunakan dengan tujuan menampilkan detail/bagian obyek secara lebih dramatis dan secara estetis mudah diterima dan dinikmati oleh audiens. Mengatur lighting sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tersebut, pada kenyataannya tidaklah mudah. Tak jarang fotografer membutuhkan banyak titik cahaya, beserta modifier yang bermacam-macam bentuknya untuk dapat mengendalikan jatuhnya cahaya pada obyek, belum lagi memperhitungkan power yang harus disetting pada setiap titik agar hasilnya selaras dan sesuai keinginan. Proses tersebut membutuhkan banyak waktu, tenaga dan juga biaya, tentu saja untuk mendapatkan hasil yang prima.

FLASH STACKING
Pada dasarnya, teknik ini tidak jauh berbeda dengan teknik yang saya jabarkan pada artikel tentang lightpainting sebelumnya, hanya saja pada “flash stacking” kita akan menggunakan flash sebagai sumber cahaya. Pada teknik ini, kita dapat memfungsikan 1 buah flash, dengan hasil “seperti” menggunakan banyak flash (sesuai kebutuhan).

Yup, motret begini cuman modal 1 flash saja

Adapun beberapa keuntungan dari penggunaan teknik light stacking adalah :
1.    Murah, hanya cukup menggunakan 1 flash
2.    Simulasi penggunaan banyak flash, dengan jumlah yang tak terbatas
3.    Mudah, tidak sulit saat setup light karena hanya mengatur 1 flash saja
4.    (Relatif) lebih cepat, bila dibandingkan dengan proses setup banyak titik flash
5.    Kontrol cahaya lebih baik, kita bisa memilih jatuhnya cahaya pada obyek, serta intensitasnya kemudian (saat post processing).

Simulasi penggunaan banyak titik (flash) dilakukan dengan memotret beberapa frame dengan angle cahaya yang berbeda-beda. Frame-frame tersebut nantinya akan digabungkan sehingga hasil akhir adalah hasil pencahayaan gabungan dari 1 flash tersebut dengan angle yang berbeda-beda.


Ya, foto diatas merupakan hasil gabungan dari 6 foto ini

Bagi saya sendiri, alasan utama lebih memilih flash stacking daripada menggunakan banyak titik flash adalah pada kemudahan, workflow yang lebih cepat, dan juga kontrol cahaya lebih baik (tentunya selain pada biaya yang lebih murah).

ALAT YANG DIBUTUHKAN & WORKFLOW
Langsung saja, kita beralih ke alat apa saja yang dibutuhkan untuk praktek Flash Stacking :
1.    Kamera & lensa (tentu saja, kalau engga mau motret pake apa Jek?)
2.    Flash 1 buah. Flash yang bisa diatur powernya lebih disarankan.
3.    Flash trigger. Flash akan digunakan off-shoe/wireless, jadi perlu trigger. Trigger apapun oke selama bisa memancing flash.
4.    Tripod, untuk kamera agar posisinya stabil & memudahkan kita dalam proses stacking.
5.    Light modifier (opsional) bisa berupa softbox, diffuser, snoot atau lainnya.
6.    PC/Laptop dengan software yang mendukung editing multi-layer, saya menggunakan Photoshop yang sudah dikenal secara umum.

Flash yang saya gunakan. Tampak mengenaskan memang.

Sederhana sekali bukan? Sekarang, langsung saja kita bahas mengenai workflow / langkah-langkah eksekusinya :

1.    Atur posisi obyek, kamera diatas tripod. Atur komposisi dan eksposur. Lakukan tes jepret dengan flash untuk mendapatkan setting eksposur yang pas sesuai keinginan.

2.    Lakukan sequent foto, dengan arah flash yang berbeda-beda, sesuai kebutuhan. Posisikan arah flash dengan sudut yang berbeda-beda. Umumnya 6 – 9 angle flash yang berbeda sudah optimal, kecuali ada beberapa bagian yang ingin dicahayai secara lebih spesifik.
Selesai tahap pemotretannya (simpel sekali bukan?), lanjut ke post processing

3.    Buka Photoshop, masukkan file-file sequent foto tadi, tumpuk-tumpuk dalam layer pada 1 foto. Jadikan 1 foto sebagai “base” (dasar).

4.    Masking bagian obyek dengan pencahayaan yang diinginkan pada layer diatasnya, ubah mode blending menjadi “lighten” agar layer dapat memberi highlight tambahan pada base layer. Atur opacity layer sebagai pengaturan “intensitas” cahaya.

Ini bagian pentingnya, memilih bagian untuk masking

Ubah blending layer diatas menjadi "Lighten"

5.    Lakukan hal yang sama pada layer-layer selanjutnya, tentunya dengan pilihan / masking yang berbeda-beda sesuai bagian layer masing-masing.

6.    Apabila sudah selesai, file dapat kita simpan sebagai file PSD, atau kita dapat “merge layer” dan simpan sebagai JPEG. Selesai.

Hasil akhir gabungan 6 gambar diatas!


Contoh lain : lihat bagian yang dicahayai & pemilihan dalam maskingnya

KESIMPULAN
Dengan mencoba, kita bisa merasakan bedanya, bermain dengan cahaya/flash yang biasanya hanya bisa dilakukan kalangan bermodal besar (karena membutuhkan peralatan yang banyak) dan butuh effort & presisi tingkat tinggi, kini dipermudah dengan mengubah workflow & bermain pada level post processing. Teknik ini tentu saja tidak hanya bisa diaplikasikan pada obyek berukuran kecil, namun juga bisa diterapkan pada obyek berukuran lebih besar dengan penggunaan flash strobe yang powernya lebih besar juga.
Jangan pernah menyerah karena keterbatasan alat. Fotografi adalah dunia kreatif, sehingga pada banyak kasus, kreatifitas kitalah yang memberi batasan, bukan pada alat atau kondisi eksternal lainnya.
Semoga bermanfaat!

Salam,
Bosdugem | 087 888 645 088 (WA)

No comments:

Post a Comment