Saturday, October 17, 2015

[ARTIKEL] Evaluasi Terhadap Hasil Karya Fotografi

Melihat judulnya, tentu bahasan kali ini bukanlah bahasan yang “ringan”. Proses evaluasi adalah perlu, dan penting dilakukan, khususnya untuk menjadikan bahan pembelajaran agar ke depannya kita dapat menghasilkan karya-karya yang tentunya (diharapkan) lebih baik, dan baik lagi. Sayangnya, evaluasi itu sendiri bukanlah proses yang sederhana & mudah, mengingat banyaknya aspek yang perlu diperhatikan.

Evaluasi dapat dilakukan oleh diri sendiri, dan juga melalui penilaian pihak (orang) lain. Dalam dunia digital dan dunia “media sosial” saat ini, jejaring sosial sering digunakan sebagai “bahan evaluasi”. Kita tentu tidak asing dengan ungkapan-ungkapan seperti ini :

“Mantab om, fotonya tajam sekali.”
“Bening om, super sekali, ajarin dong.”
“Tone-nya dewa, bagi presetnya om.”
“melintiir.. ampuun suhuuu..”

Komentar seperti itu tentu menyenangkan untuk didengar, namun apakah bisa kita jadikan bahan evaluasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik?
Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita bahas sedikit, “elemen” apa saja yang terkandung dalam suatu karya fotografi, dan menjadikannya memiliki nilai lebih dibandingkan karya lainnya.

1.    KONTEN / ISI
Karya foto yang bernilai tinggi sarat akan konten / isi. Karya sering kehilangan makna ketika tidak memiliki isi (atau kurang). Konten menjadi impresi pertama yang ditangkap oleh otak kita, secara sadar atau tidak. Konten yang dimaksud dapat berupa :

a)    Cerita / Pesan.
Foto yang bercerita, memiliki pesan di dalamnya bernilai tinggi. Cerita/pesan tidak harus selalu disampaikan oleh kata-kata. Karya foto yang sarat akan pesan, mampu “bercerita” dengan sendirinya, walaupun hanya disertai sedikit keterangan, atau tanpa keterangan sama sekali. Pesan / cerita yang kuat dapat ditangkap mudah oleh nalar (common sense) siapa saja.

 Ekspresi bisa didapat dari manusia ataupun obyek lainnya

b)    Ekspresi / Emosi.
Kualitas ekspresi dari karya foto dapat mencakup mood, jiwa/soul, atau emosi yang berkomunikasi dan dapat diinterpretasi secara langsung oleh yang melihat karya tersebut. Foto yang memiliki kekuatan emosional tidak selalu harus sarat akan cerita, namun secara langsung dapat menggugah emosi yang melihat ke dalam suasana tertentu.

Benda mati pun punya "mood" dan nilai tersendiri untuk dikomunikasikan

2.    NILAI ESTETIKA
Hal selanjutnya yang dapat kita nilai untuk bahan evaluasi adalah dari sisi estetika (aesthetics). Apa itu estetika? Estetika adalah seperangkat prinsip-prinsip yang berkaitan dengan apresiasi terhadap “keindahan” secara alami (dalam konteks seni). Apa saja yang bisa dimasukkan kedalam kategori tersebut :

a)    Komposisi.
Berbicara komposisi tidak selalu berkaitan dengan “rule of the third”. Mungkin banyak yang langsung mengasosiasikan kata komposisi dengan Hukum sepertiga bidang tersebut, namun kita perlu tahu juga kalau komposisi itu setidaknya terdiri dari; komposisi bidang, komposisi warna, & komposisi tonal (tone). Saya tidak akan menjelaskan detail satu per satu mengenai komposisi tersebut, namun secara sadar atau tidak, kita akan lebih mengapresiasi gambar dengan kaidah komposisi yang baik.

kalau komposisi tone-nya beda, hasil akhir pasti akan jadi beda

b)    Kekuatan Subyek / Obyek
Mungkin masih ada hubungannya dengan komposisi bidang, namun bila kita pisahkan tersendiri, kekuatan subyek/obyek dalam karya foto berbicara tentang seberapa kuat subyek / obyek utama mendominasi obyek lainnya dalam sebuah karya foto. Kekuatan subyek / obyek utama dapat diperkuat dengan cara mengisolasinya dari bagian gambar yang lain. Hal ini biasa dilakukan dengan permainan cahaya, atau juga permainan ruang tajam.

Obyek utama lebih kuat dengan permainan ruang tajam

c)    Seni / Art
Bagian ini sering diartikan ke arah yang lebih “subyektif” oleh sebagian orang, sehingga banyak yang “berlindung” dibalik kata seni, dan “tergantung selera”. Namun apakah arti dari “Seni” tersebut? Saya sendiri bukan sarjana seni, namun kalau saya ambil arti dari kamus, seni adalah ekspresi, atau pengaplikasian dari kemampuan kreatif dan imajinasi seseorang, dalam hal ini (fotografi) dalam bentuk visual, yang dapat diapresiasi dari “keindahan” atau “emosi” yang digambarkan.
Dari terjemahan diatas kita bisa lihat ada kata “dapat diapresiasi dari keindahan atau emosi yang digambarkan”. Jadi jelas, apabila bentuk kemampuan kreatif atau imajinasi seseorang, baik itu yang dituangkan secara visual melalui hasil karya foto mentah, ataupun hasil olahan digital, tidak dapat ditangkap sebagai sesuatu yang “indah” atau memiliki nilai emosi tersendiri, tidak dapat dikatakan karya terebut memiliki nilai seni yang tinggi.

Kemampuan kreatif tiap orang beda-beda. Tujuannya sama, keindahan visual.

3.    KUALITAS TEKNIS (KUALITAS IMAGE) & PRESENTASI AKHIR
Menyangkut hal teknis pemotretan yang berkaitan erat dengan kualitas image, termasuk di dalamnya ada unsur ketajaman, detail, noise, dynamic range, CA, dan sebagainya. Saya tidak membahas lebih detail mengenai image quality, karena sudah saya bahas sebelumnya di PAGE MENGENAI IMAGE QUALITY (Klik disini).
Kualitas teknis sepertinya menjadi hal yang paling banyak dibahas, khususnya pada media sosial. Membahas kualitas teknis suatu karya foto memberikan feedback tentang “peralatan” atau “teknik” yang kita gunakan. Kualitas teknis penting, khususnya bila kita mengejar sebuah “technical perfection” (kesempurnaan teknis).

Kurang tajem, banyak noise. Bodo amat! ngga ngejer tajem juga kok

Presentasi Akhir dalam hal ini mencakup kualitas hasil cetak (apabila penyajian karya foto dalam bentuk cetak), atau kualitas image digital. Dalam konteks dunia digital, dan saat ini kebanyakan foto disajikan secara digital, maka presentasi akhir lebih melibatkan ukuran image, rasio gambar, pemberian watermark, kompresi file, dan kedalaman warna. Spesifikasi lebih tinggi tidak menjamin penyajian yang lebih bagus, ketepatan dengan media yang dituju lebih dibutuhkan untuk apresiasi yang lebih baik terhadap suatu hasil karya.

KESIMPULAN
Setelah membahas hal diatas, kini kita tahu setidaknya poin-poin apa saja yang layak dievaluasi untuk mendapatkan peningkatan atas nilai suatu karya foto di masa yang akan datang. Kita perlu pahami, kegagalan evaluasi adalah salah satu hal yang menyebabkan seolah-olah kita mengalami suatu kemandekan (stuck) dalam karya-karya yang dihasilkan.
Apabila kita pernah bertanya pada diri sendiri, “gue stuck nih.. apa lagi yang mesti gue lakukan? Kurangnya dimana?” sekali lagi, “upgrade gear” bukan satu-satunya jawaban. Mungkin kita bisa memulai dari mengevaluasi kembali karya-karya kita melalui poin-poin di atas.
Semoga bermanfaat!

Salam,
Bosdugem | 087 888 645 088 (WA)

No comments:

Post a Comment